Erwin Prasetyo
UI/UX Designer
Cara memilih pemimpin dalam islam

Sebentar lagi Pemilu 2019 di Indonesia, Mungkin banyak dari kita yang belum tahu cara memilih pemimpin dalam islam. Apa yang saya tulis tentang cara memilih pemimpin dalam islam ditulis berdasarkan apa yang saya ingat dari apa yang telah saya ketahui setelah membaca siroh (sejarah) dan mendengar penjelasan ustadz ahlussunnah wal jamaah. Cara memilih pemimpin dalam islam yang terbaik yakni dikala islam dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin yakni generasi terbaik dalam islam.
Cara memilih pemimpin dalam islam secara garis besar bisa di jelaskan seperti berikut ini
- Ditunjuk langsung oleh pemimpin sebelumnya. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam ketika menjelang wafatnya, ketika beliau sakit , beliau menunjuk Abu bakr ash-shidiq radhiallahu anhu menjadi imam sholat. Atas dasar itulah ketika Nabi shalallahu alaihi wasalam wafat, para shahabat Nabi, menunjuk Abu bakr sebagai Pemimpin.Setelah Abu bakr memimpin hingga menjelang wafatnya, beliau kemudian mewasiatkan agar pemimpin setelahnya adalah Umar bin khatthab radhiallahu anhu.
- Di Musyawarahkan oleh Ulama (Ahlul ilmi). Dimasa Umar bin Khatthab, berkumpulah sebagian sahabat yang kemudian di kenal sebagai Ahli syura yakni orang-orang yang berilmu dan kemudian bermusyawarah untuk memutuskan siapa nanti pengganti Umar bin khattab jika nanti beliau wafat, kemudian ditunjuklah beberapa kandidat diantaranya Utsman bin Affan, Ali bin abu thalib , Abdullah bin Umar bin Khathab (putra umar ibnu khattab) dan beberapa kandidat lainnya. Para kandidat ini dipilih BUKAN KARENA MEREKA MENCALONKAN DIRI tapi para ahli syura melihat keilmuan para kandidat tersebut dan kemampuannya dalam memimpin. Maka memang tidak diketahui seorang itu berilmu atau tidak, melainkan orang yang berilmu lah yang mengabarkan kepada kita.Dari sini kita bisa mengetahui cara memilih pemimpin dalam islam, bahwa mereka tidak melibatkan masyarakat karena secara umum, masyarakat tingkat keilmuannya terbatas, berbeda dengan Ahli syura karena mereka dimasa keislamannya selalu mendampingi rasulullah shalallahu alaihi wasalam.Ketika Umar sakit keras karena luka yang disebabkan oleh orang yang berusaha membunuhnya, pembunuhnya adalah budak yang beragama majusi (penyembah api), yang sekarang makam pembunuh umar ini dimuliakan oleh orang yang beragama syiah (Allahu musta’an). Kejadian ini terjadi di waktu sholat shubuh, ketika Umar menjadi imam dalam sholat shubuh, dalam upaya pembunuhan tersebut, wafat juga 9 orang shahabat yang mulia karena ketika orang majusi tersebut ingin kabur ia menebaskan pisau yang beracun ke orang disekitarnya, hingga pada akhirnya pembunuh tersebut akhirnya bisa ditangkap.Kembali ke pembahasan cara memilih pemimpin dalam islam, Umar mengisyaratkan kepada anaknya Abdullah bin Umar agar menggantikan posisinya, namun Abdullah serta merta menolak jabatan (catatan : Masya Allah, di jaman sekarang hal ini sudah jarang terjadi) kemudian Abdullah memberi solusi agar bisa memilih kandidat lain dari kandidat yang sudah di pilih oleh Ahli Syura. Yakni Utsman bin Affan.Utsman kemudian memimpin dan menaklukan dunia dibawah kepemimpinannya. Kemudian Utsman dibunuh oleh para pemberontak kala itu , mereka yang membunuh adalah orang-orang yang baru keislamannya dan tidak mengetahui keilmuan dan keutamaan utsman bin affan. Bisa dibilang mereka adalah orang-orang yang bodoh. Singkat kisah, setelah itu Ahlu syura menunjuk Ali bin Abi thalib radhiallahu anhu, karena secara urutan yang di musyawarahkan Ali yang akan menjadi pemimpin setelah utsman bin affan radhiallahu anhu. Setelah Ali memimpin dengan kepemimpinan yang terbaik, datang lagi para pemberontak, mereka kemudian dikenal sebagai khawarij yah kalau dimasa ini mirip dengan ISIS atau Al-Qaeda, Ali radhiallahu anhu dibunuh ketika hendak berangkat sholat shubuh. Setelah itu kepemimpinan yang kosong diisi oleh anak beliau yakni Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu.
- Diserahkan oleh pemerintah sebelumnya. Ketika Hasan memimpin, konflik sudah terjadi dikala itu antara Ali dan Muawiyah radhiallahu anhuma, keduanya berselisih dan berperang satu sama lain. Muawiyah kala itu menuntut balas atas pembunuh utsman bin affan , namun ketika itu Ali radhiallahu anhu sudah menjadi pemimpin yang sah, sehingga Ali menginginkan agar Muawiyah berbaiat (sumpah setia) dulu kepada Ali bin abu thalib radhiallahu anhu kemudian baru mencari siapa pembunuh utsman bin affan.Hasan radhiallahu anhu kemudian menjadi Pemimpin dan berperang dengan Muawiyah radhiallahu anhu, Posisi Hasan sebagai pemimpin yang sah, dan kala itu hampir menyudahi perlawanan Muawiyah radhiallahu anhu. Disaat itu datang salah satu shahabat Nabi yang membawakan hadits (secara makna) bahwa Nabi shalallahu alaihi wasalam mengabarkan bahwa Hasan akan mendamaikan kedua belah pihak. Ketika mendengar hadits tersebut Hasan kemudian menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyah radhiallahu anhu.
Setelah itu banyak terjadi kejadian dalam upaya meraih kepemimpinan, pemberontakan dsb. Yang jelas secara syariat Nabi muhammad memerintahkan agar umat ini taat kepada pemimpin muslim apapun yang terjadi. Syariat tidak mengajarkan agar rakyat memilih siapa pemimpinnya, namun lebih untuk ketaatan kepada pemimpin yang ada. Memilih Pemimpin dilakukan oleh ulama.
Untuk lebih jelas dan lengkapnya silahkan membaca dan mendengar ceramah ustadz terutama tentang pembahasan kitab Aqidah Salaf wa ashabul Hadits. Yup, kepemimpinan dalam islam juga merupakan bagian dari Aqidah.
Kesimpulan:
- Pemimpin boleh ditunjuk oleh pemimpin sebelumnya
- Pemimpin dipilih oleh para ulama
- Kepemimpinan boleh diserahkan oleh pemimpin sebelumnya
- Menjadi pemimpin, bukanlah sebuah obsesi melainkan tanggung jawab yang besar oleh karena itu Abdullah bin Umar menolak jabatan tersebut
- Tidak boleh merekomendasikan diri agar menjadi Pemimpin
- Kewajiban rakyat ialah taat kepada pemimpin, bukan memilih pemimpinnya
Sumber rujukan :
– Kitab Aqidah salaf wa ashabul hadits karya Imam AshShabuni.
– Ceramah Ustadz ahlussunnah wal jama’ah